Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Anak Pinggiran Mengejar Impian. (Indonesian Full)

Mei 18, 2019
Description: Hasil gambar untuk perjuangan menggapai cita cita
 



I Am Not Me

Author:
Vinni Triyani Purba

I AM NOT ME

Setiap orang memiliki pengharapan, cita-cita, impian, keinginan, cara tersendrii menghabiskan atau menjalani kehidupannya. Iya benar, dia adalah sosok seorang yang memiliki ambisius yang sangat tinggi, gigih, berani, teguh pendirian nya.
            Hari ini pada tangal 13 oktober telah lahir seorang anak berjenis kelamin kan laki-laki. Dia lahir dari Rahim seorang ibu orang simalungun.Simalungun itu merupakan salah satu suku orang batak di Sumatera Utara. Ibu nya bermarga kan “siahaan” dan ayah nya bermarga kan “Purba” jadi kalo di suku simalungun itu, nama akhiran Ayah ditambahkan di akhiran nama anaknya. Nama dia adalah Piter Purba.Mereka tinggal dipinggiran kota, dia adalah seorang lelaki yang lahir dari keluarga miskin. Ayah dan ibu nya hanyalah seorang petani di kampung, mereka juga tinggal di gubuk-gubuk ladang. Tapi itu tidak menjadi penghambat buat Piter untuk mencapai cita-cita nya.Dia memiliki tiga saudara perempuan, dan dua saudara laki-laki.Bisadibilang, dia ini anak ke dua laki-laki paling besar.
            Dia dikenal sebagai sosok seorang anak yang senang bermain sambil belajar. Hari-hari nya di habiskan untuk membantui inang nya (inang:ibu) di ladang seperti mengurusi jahe, kunyit dan mencari kayu. Setiap sepulang sekolah, dia langsung pergi ke ladang membantui inang dan bapak nya. Dikarenakan dia sangat senang bermain-main,  hujan turun pun menjadi  sesuatu yang dinanti-nanti nya dengan teman-temannya, hujan itu diibaratkan mereka seperti berkah untuk anak-anak di kampung yang nikmat nya teramat luar biasa.    
            Bermula dari masa kecil nya, dia pun beranjak dewasa.Kini dia sudah berusia 18 tahun, dia dikenal sebagai sosok pemuda yang aktif, kebetulan pada saat itu dia juga diberi kepercayaan sebagai ketua pemuda gereja di kampung nya.Dia sangat senang berorganisasi, mangkanya itu dia sangat senang bila diposisikan di adu argumentasi. Dia juga senang perihal membahas tentang budaya, sebab dia sangat cinta akan budaya nya yaitu budaya simalungun. Apalagi bahasa sehari-hari nya dikampung yaitu bahasa simalungun, sudah pasti hal itu semakin mengentalkan jiwa budaya nya.Dia juga menyukai alunan musik, bisa dibilang dia memiliki jiwa seni yang kuat juga.Bahkan setiap kumpul-kumpul dengan teman-teman sekampung nya dia dijadikan sebagai gitaris juga penarik lagu, dan lagu yang sering dibawakan mereka juga, lagu berbahasa simalungun.
            Hari demi hari semangat juang meraih impian nya pun tidak pernah luntur seiring berjalannya waktu.Bayangan-bayangan yang indah selalu mengintari benak nya ditambah semangat nya yang tidak pernah habis-habisnya.Kebiasaan nya masih sama seperti dulu, yaitu membantui Ibu nya mengurusi ladang, disamping Ayah nya mengerjakan pekerjaan yang lain. Dia sering menatap mata Ibu nya yang selalu memancarkan aura tulus mendidik anak-anaknya. Sesuatu saat dia membantui Inang nya sambil bercakap-cakap mengenai masa depan nya. Dia bersikeras untuk melanjutkan sekolah nya ke jenjang yang lebih tinggi, sesekali diutarakan nya mengenai perencanaanya itu, dan Ibu nya hanya bisa melemparkan senyum tulus yang sangat indah itu kepadanya dan menyuruh nya untuk mencoba membahas nya dengan Bapak nya.
            Sewaktu malam tiba, seselesai mereka makan malam, berbicara dia kepada Bapak nya, empat mata mengenai semangat kuat nya itu meraih mimpi nya. Namun Bapak nya berkata “kerja di ladang saja lah kau, tidak usah sekolah-sekolah, bisa makan saja sudah syukur’  kata Bapak nya secara tegas. Lalu dia pun termenung dan terdiam.Keeseokan hari nya dia pergi ke ladang lagi.Dan menemui Inang nya, dan membicarakan mengenai melanjut sekolah itu, namun Ibu nya lagi-lagi hanya mampu tersenyum kepada nya.maka setelah itu, ditekadkannnya lah untuk pergi ke kota untuk melihat kehidupan di kota kecil tersebut.
            Setelah itu dia pulang kekampung lagi, dan tak bosannya membahas mengenai keinginan kuat nya itu melanjut sekolah kepada orangtua nya.namun tetap saja, dia tidak diizinkan untuk melanjutkan sekolah nya dikarenakan masalah ekonomi. Namun hal itu tetap tidak mematahkan semangat meraih mimpi nya, dia pun pergi ke kota itu lagi, mencari-cari informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru dan pada hari itu juga dia  menemukan sebuah Universitas. Dia mulai melihat-lihat lingkungan kampus, jurusan-jurusan yang tersedia didalam nya, orang-orang yang sedang duduk belajar didalam kelas.Keadaan itu semakin membarakan semangat melanjutkan sekolah nya.Sehingga dia pulang kerumah nya lagi, dan langsung ke ladang memanen kunyit, jahe, dan sebagai nya.kebetulan jarak kota denga kampungnya hanya memakanwaktu 1 jam saja menggunakan kendaraan umum (angkot).
            Lalu beberapa waktu kemudian, dia menjumpai Ibu nya lagi, dan berkata “inang aku ingin pergi ke kota, dan melanjutkan sekolah ku ke jenjang yang lebih tinggi nang, doakan anak mu baik-baik diperantauan ya nang.” Kata nya menggunakan bahasa simalungun dengan air mata menetes sambil menatap mata Ibu nya.lalu Ibu nya pun berkata “pergilah kau bapa, sekolah lah kau bapa, baik-baik kau disana ya bapa, jangan lupa berdoa” (menggunakan bahasa simalungun) sambil tersenyum dengan mata berngiang-ngiang.  Setelah itu, diapun pergi ke kota dengan bermodalkan 1.000 rupiah dari Ibu nya dan langsung pergi mendaftar ke  universitas yang beraksen kan budaya nya itu.
            Sesampai di pendaftaran, dia pun memilih jurusan s1 hukum tanpa seorang keluarga nya pun tau.Sesudah itu, dia pulang kerumah lagi, lalu Ibu nya bertanya mengenai pendaftarannya tadi.Dan dia pun mengatakan bahwa dia hanya mengambil d1 setahun saja kuliah disana, lalu pulang ke kampung lagi.Ibu nya hanya percaya-percaya saja kepada nya padahal untuk menyandang gelar sarjana hukum harus kuliah minimal 4 tahun atau 3.5 tahun. Hal itu dilakukan nya, supaya bisa diizinkan Ibu nya untuk melanjut sekolah, karena jika dibilang kuliah selama 4 tahun, Ibu nya tidak akan memberi restu, karena minim nya keuangan mereka.
            Seiring waktu dia pun menjalani aktifitas nya sebagai seorang mahasiswa dengan jurusan hukum di sebuah universitas.Tidak terasa setahun sudah berlalu, dia pun pulang kerumah, kampung tercinta nya, lalu Ibu nya senang kegirangan, karena mengingat anak nya sudah pulang dengan gelar sarjana.Diapun tidak kehabisan akal, karena masih ada sisa 3 tahun lagi yang harus dilalui nya untuk menyandang gelar tersebut.Lalu diapun berbicara kepada Ibunya bahwa masih ada yang harus dikerjakan lagi, dan seperti nya membutuhkan beberapa waktu lagi. Lalu Ibunya pun tetap tersenyum kepada nya, ibu nya berkata “ iyanya bapa, tetap berdoa lah kau ya bapa” menggunakan bahasa simalungun. Setelah itu dia pun pergi ke ladang, untuk membantui Bapak nya yang sedang mengumpulkan kayu.Lalu dia menanyakan kabar mengenai Bapak nya, dan saudara-saudara nya di kampung.Bapak nya selalu berusaha menghindar seperti menyibukkan diri, dikarenakan takut anaknya membahas tentang lanjut sekolah lagi.Padahal nyatanya, anaknya sedang melanjutkan jenjang sarjana strata satu nya.
            Keesokan hari nya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota lagi untuk melanjut sekolah, lagi dan lagi, dia selalu mendatangi Ibu nya untuk bercerita mengenai masalahnya disana. Lalu ibu nya memberi uang sebesar 1.500 rupiah sebagai uang pegangannya.Uang itu merupakan hasi Ibunya menjual tanaman mereka, hasil berladangnya. Setelah itu dia kembali lagi ke kota dan melanjutkan study nya dengan uang pas-pasan itu. Namun dia tidak sekalipun pernah jenuh akan semangat belajar nya meraih mimpi-mimpi nya itu.        
            Tiga tahun berlalu, diapun masih sibuk menjalankan study nya.Sampai-sampai Ibu nya bingung dan berfikir, kenapa anak ku, belum tamat-tamat, katanya cuma dua tahun saja nya menyelesaikannya. Seiring waktu dia menyelesaikan study nya, Ibu nya pun tetap berladang di kampung, sambil menunggu kabar dari anak nya yang sedang bersekolah di kota. Tiap hari Ibu nya gundah akan keberadaan anak nya, bagaimana kabar nya. seiringan waktu itu juga, dia mengumpulkan uang untuk simpanan, semisalkan anak nya tiba-tiba pulang dari kota dia ada uang untuk pegangan buat anaknya.
            Sudah hampir empat tahundia pun tidak pulang kerumah. Tiba-tiba sepucuk surat hadir dikediaman rumah nya, yang berisikan “nang, aku sudah siap kuliah strata satu, maaf kan anakmu yang sudah berbohong padamu, kubilang setahun nya aku sekolah padahal empat tahun, datang inang besok ke wisuda ku ya, ke alamat yang kubuat disini. Dari anakmu Piter Purba”.Keesokan hari nya, acara wisuda pun berlangsung, ibu nya datang dari kampung bersama dengan Bapak nya,dengan membawa makanan kesukaan anaknya.Setelah orangtua nya sampai di acara wisuda itu, bertemu lah dia dengan kedua orangtua nya. Lalu ibu nya menangis, sambil memeluk anak nya, sambil berkata “sekolah nya kau bapa” dan dia beserta Bapak nya pun ikut menangis.
            Setelah selesai acara wisuda tersebut, mereka pun pulang bersama-sama ke kampung, dan membuat acara disana. Semua tetangga nya ikut merasakan kebahagian, juga teman bermainnya, pun turut bahagia, dikarenakan, dialah orang pertama yang bisa sarjana di kampung itu. Setelah beberapa minggu kemudian, dia pun pergi ke perantauan lagi. Kembali ke kota tempat dia mengambil gelar tersebut. Sesampai disana, dia mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidang nya itu. Kemudian dia mendapatkan kenalan dariteman nya dan mengajak nya bergabung di sebuah kantoradvokasi. Maka berangkat dari situlah dia menjadi seorang assisten pengacara, lalu menjadi seorang pengacara.
            Suatu ketika terjadi demo besar-besaran oleh para kaum Buruh beberapa pabrik di kota itu, dikarenakan upah yang sangat tidak setimpal dengan lembur ataupun kerja yang dilakukan mereka. Lalu dia beserta kawan-kawan yang se team di bidang advokasi tersebut, turun dan membantu para buruh untuk mendemonstrasikan hak Buruh untuk mendapatkan upah yang setimpal.Namun malah perkara yang didapatkan mereka yang mana dia beserta kawan-kawanannya, ditangkap oleh aparat kepolisian dan dimasukkan ke dalam buih dengan tuduhan “provokator demonstrasi”. Sepucuk surat pun sampai ke kampung, dan Inang nya pun bersedih, Bapak nya juga sudah stress dan mereka menjadi buah bibir di kampung itu. “ baru wisuda, sudah masuk penjara, kasihan Inang nya, padahal anak kesayangan Inang nya dia itu, semuanya dilakukan untuk anak kesayangan nya itu, sampai lulus wisuda…” kepingan kata yang di lontarkan tetangga mereka.
            Setelah itu, datang lah Ibu nya menjumpai dia yang sedang dikurung didalam penjara. Ibu nya menangis dan berkata “ kenapa kau disini bapa?”. Lalu dia berkata “ baik-baik nya aku disini nang” sambil meneteskan air mata. “udah makan kau bapa?” sambung Ibu nya, sambil memberi bontot makanan. Lalu diapun makan sambil menahan isa tangis dari dalam jiwa nya.Setelah itu, Ibu nya pun pulang ke kampung, dengan raut wajah sedih, dikarenakan anak tersayang nya masuk penjara. Lalu dia pun mengirim surat kepada kekasih nya, yang kebetulan mereka sudah lumayan lama menjalin asmara. Kekasih nya pun terkejut, dikarenakan masuk nya dia ke dalam geragah besi.
            Sambil membawa makanan, kekasih nya datang dan menjumpai nya.dia pun bercerita panjang mengenai keadaan ini dimana dia dituduh sebagai provokator. Lalu kekasih nya memberikan dia kekuatan, dengan menyuruhnya banyak-banyak berdoa. Kemudian dia menyuruh kekasihnya untuk besok membawa kan alkitab ke tahanan itu, dikarenakan tidak boleh pengunjung datang tiap hari. Dan keesoka hari nya pun kekasih nya datang dengan membawa alkitab, buku, pulpen, sebagai pegangan nya di sel.
            Selama di penjara dia menghabiskan waktu nya dengan membaca alkitab, menulis syair-syair lagu kerindu an nya kepada kekasih nya, dan berdoa tiap hari nya untuk keluarga yang ditinggalkannya di kampung. Sungguh kuasa Tuhan, pada akhirnya dia bisa keluar dari penjara, dia hanya ditahan selama 7 bulan, sedangkan kawan-kawan nya ada yang ditahan 5 bulan, 9 bulan, dan juga 1tahun 2 bulan. Setelah proses nya selesai, dia pun kembali menghirup udara lepas diluar, dengan dijemput oleh kekasih hati nya. lalu dia pun menulis surat lagi kepada ibu nya bahwa dia sudah keluar dari penjara.
            Beberapa waktu kemudian hampir setahun lebih, dia pun memutuskan untuk menikah dengan kekasih nya tercinta itu. Setelah itu mereka pun memulai hidup baru di kota tersebut, dengan mengontrak sebuah rumah. Tiba-tiba dua orang berbadan kan tegap, datang mengetuk pintu rumah. Dia dan isteri nya pun takut, trauma dengan kejadian penangkapan ke sel tahanan itu.Lalu dia berlari lewat belakang rumah, berusaha mengamankan diri, sedangka isteri nya membuka pintu.Ternyata mereka berdua bukan merupakan utusan dari aparat kepolisian, melainkan utusan dari partai politik yang terkenal dengan lambang benteng nya. Mereka berdua datang kerumah nya untuk mengajak dia bergabung di kantor cabang partai politik tersebut dan menyaranka agar besok datang ke kantor.
            Setelah mendengar informasi itu dia pun kembali kerumah dan esoknya menemui kantor tersebut. Sesampai di kantor diapun menjadi anggota cabang partai politik. Berangkat dari jabatan itu, dia pun naik dan naik jabatan mulai dari anggota cabang partai politik, ketua partai politik tersebut, hingga menjadi seorang anggota  Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ), lalu merangkap menjadi kepala bagian Perusahaan Air Minum Daerah (PAM ), lalu membangun sebuah studio musik aliran khas simalungun sebagai produser, dan sebagainya.
            Lalu dia pun menyuruh ajudan nya untuk menjemput Ibu nya secara special dengan menaiki mobil hitam mewah kerumah nya. Sedangkan Ayah dan saudara-saudara nya yang lain dijemput dengan mobil biasa untuk menghadiri syukuran keluarga di rumah mereka. Seiringan waktu dia pun mendonasikan uang pembangunan kepada beberapa gereja sebagai ucapan syukur atas berkat Tuhan pada nya.setelah acara keluarga tersebut, selang beberapa waktu kemudian, dia dengan isteri tercinta nya beserta ke tiga anak nya pergi foto studio. Maka sehabis itu, mereka menempelkan foto keluarga mereka, di dinding rumah mereka, beserta deretan prestasi piagam awards noebls untuk tingkat ASEAN.
Demikianlah kisah seorang anak yang berangkat bukan dari kepintaran semata, namun dikarenakan ketulusan, semangat, gigih, berani,  dan yang paling utama ialah penuh pengharapan kepada Tuhan.



SELESAI


Tidak ada komentar:

Gambar tema oleh Ollustrator. Diberdayakan oleh Blogger.