Contoh Cerita Pendek (Cerpen) Anak Pinggiran Mengejar Impian. (Indonesian Full)
I Am Not Me
Author:
Vinni Triyani Purba
I AM NOT ME
Setiap
orang memiliki pengharapan, cita-cita, impian, keinginan, cara tersendrii
menghabiskan atau menjalani kehidupannya. Iya benar, dia adalah sosok seorang
yang memiliki ambisius yang sangat tinggi, gigih, berani, teguh pendirian nya.
Hari ini pada tangal 13 oktober
telah lahir seorang anak berjenis kelamin kan laki-laki. Dia lahir dari Rahim seorang
ibu orang simalungun.Simalungun itu merupakan salah satu suku orang batak di Sumatera
Utara. Ibu nya bermarga kan “siahaan” dan ayah nya bermarga kan “Purba” jadi
kalo di suku simalungun itu, nama akhiran Ayah ditambahkan di akhiran nama
anaknya. Nama dia adalah Piter Purba.Mereka tinggal dipinggiran kota, dia
adalah seorang lelaki yang lahir dari keluarga miskin. Ayah dan ibu nya
hanyalah seorang petani di kampung, mereka juga tinggal di gubuk-gubuk ladang.
Tapi itu tidak menjadi penghambat buat Piter untuk mencapai cita-cita nya.Dia
memiliki tiga saudara perempuan, dan dua saudara laki-laki.Bisadibilang, dia
ini anak ke dua laki-laki paling besar.
Dia dikenal sebagai sosok seorang
anak yang senang bermain sambil belajar. Hari-hari nya di habiskan untuk
membantui inang nya (inang:ibu) di ladang seperti mengurusi jahe, kunyit dan
mencari kayu. Setiap sepulang sekolah, dia langsung pergi ke ladang membantui
inang dan bapak nya. Dikarenakan dia sangat senang bermain-main, hujan turun pun menjadi sesuatu yang dinanti-nanti nya dengan teman-temannya,
hujan itu diibaratkan mereka seperti berkah untuk anak-anak di kampung yang nikmat
nya teramat luar biasa.
Bermula dari masa kecil nya, dia pun
beranjak dewasa.Kini dia sudah berusia 18 tahun, dia dikenal sebagai sosok
pemuda yang aktif, kebetulan pada saat itu dia juga diberi kepercayaan sebagai
ketua pemuda gereja di kampung nya.Dia sangat senang berorganisasi, mangkanya
itu dia sangat senang bila diposisikan di adu argumentasi. Dia juga senang
perihal membahas tentang budaya, sebab dia sangat cinta akan budaya nya yaitu budaya
simalungun. Apalagi bahasa sehari-hari nya dikampung yaitu bahasa simalungun,
sudah pasti hal itu semakin mengentalkan jiwa budaya nya.Dia juga menyukai
alunan musik, bisa dibilang dia memiliki jiwa seni yang kuat juga.Bahkan setiap
kumpul-kumpul dengan teman-teman sekampung nya dia dijadikan sebagai gitaris
juga penarik lagu, dan lagu yang sering dibawakan mereka juga, lagu berbahasa
simalungun.
Hari demi hari semangat juang meraih
impian nya pun tidak pernah luntur seiring berjalannya waktu.Bayangan-bayangan
yang indah selalu mengintari benak nya ditambah semangat nya yang tidak pernah
habis-habisnya.Kebiasaan nya masih sama seperti dulu, yaitu membantui Ibu nya
mengurusi ladang, disamping Ayah nya mengerjakan pekerjaan yang lain. Dia sering
menatap mata Ibu nya yang selalu memancarkan aura tulus mendidik anak-anaknya.
Sesuatu saat dia membantui Inang nya sambil bercakap-cakap mengenai masa depan
nya. Dia bersikeras untuk melanjutkan sekolah nya ke jenjang yang lebih tinggi,
sesekali diutarakan nya mengenai perencanaanya itu, dan Ibu nya hanya bisa
melemparkan senyum tulus yang sangat indah itu kepadanya dan menyuruh nya untuk
mencoba membahas nya dengan Bapak nya.
Sewaktu malam tiba, seselesai mereka
makan malam, berbicara dia kepada Bapak nya, empat mata mengenai semangat kuat
nya itu meraih mimpi nya. Namun Bapak nya berkata “kerja di ladang saja lah
kau, tidak usah sekolah-sekolah, bisa makan saja sudah syukur’ kata Bapak nya secara tegas. Lalu dia pun
termenung dan terdiam.Keeseokan hari nya dia pergi ke ladang lagi.Dan menemui
Inang nya, dan membicarakan mengenai melanjut sekolah itu, namun Ibu nya
lagi-lagi hanya mampu tersenyum kepada nya.maka setelah itu, ditekadkannnya lah
untuk pergi ke kota untuk melihat kehidupan di kota kecil tersebut.
Setelah itu dia pulang kekampung
lagi, dan tak bosannya membahas mengenai keinginan kuat nya itu melanjut
sekolah kepada orangtua nya.namun tetap saja, dia tidak diizinkan untuk melanjutkan
sekolah nya dikarenakan masalah ekonomi. Namun hal itu tetap tidak mematahkan
semangat meraih mimpi nya, dia pun pergi ke kota itu lagi, mencari-cari
informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru dan pada hari itu juga dia menemukan sebuah Universitas. Dia mulai
melihat-lihat lingkungan kampus, jurusan-jurusan yang tersedia didalam nya,
orang-orang yang sedang duduk belajar didalam kelas.Keadaan itu semakin
membarakan semangat melanjutkan sekolah nya.Sehingga dia pulang kerumah nya
lagi, dan langsung ke ladang memanen kunyit, jahe, dan sebagai nya.kebetulan
jarak kota denga kampungnya hanya memakanwaktu 1 jam saja menggunakan kendaraan
umum (angkot).
Lalu beberapa waktu kemudian, dia
menjumpai Ibu nya lagi, dan berkata “inang aku ingin pergi ke kota, dan
melanjutkan sekolah ku ke jenjang yang lebih tinggi nang, doakan anak mu
baik-baik diperantauan ya nang.” Kata nya menggunakan bahasa simalungun dengan
air mata menetes sambil menatap mata Ibu nya.lalu Ibu nya pun berkata “pergilah
kau bapa, sekolah lah kau bapa, baik-baik kau disana ya bapa, jangan lupa
berdoa” (menggunakan bahasa simalungun) sambil tersenyum dengan mata
berngiang-ngiang. Setelah itu, diapun
pergi ke kota dengan bermodalkan 1.000 rupiah dari Ibu nya dan langsung pergi
mendaftar ke universitas yang beraksen
kan budaya nya itu.
Sesampai di pendaftaran, dia pun
memilih jurusan s1 hukum tanpa seorang keluarga nya pun tau.Sesudah itu, dia
pulang kerumah lagi, lalu Ibu nya bertanya mengenai pendaftarannya tadi.Dan dia
pun mengatakan bahwa dia hanya mengambil d1 setahun saja kuliah disana, lalu
pulang ke kampung lagi.Ibu nya hanya percaya-percaya saja kepada nya padahal
untuk menyandang gelar sarjana hukum harus kuliah minimal 4 tahun atau 3.5
tahun. Hal itu dilakukan nya, supaya bisa diizinkan Ibu nya untuk melanjut
sekolah, karena jika dibilang kuliah selama 4 tahun, Ibu nya tidak akan memberi
restu, karena minim nya keuangan mereka.
Seiring waktu dia pun menjalani
aktifitas nya sebagai seorang mahasiswa dengan jurusan hukum di sebuah
universitas.Tidak terasa setahun sudah berlalu, dia pun pulang kerumah, kampung
tercinta nya, lalu Ibu nya senang kegirangan, karena mengingat anak nya sudah
pulang dengan gelar sarjana.Diapun tidak kehabisan akal, karena masih ada sisa
3 tahun lagi yang harus dilalui nya untuk menyandang gelar tersebut.Lalu diapun
berbicara kepada Ibunya bahwa masih ada yang harus dikerjakan lagi, dan seperti
nya membutuhkan beberapa waktu lagi. Lalu Ibunya pun tetap tersenyum kepada
nya, ibu nya berkata “ iyanya bapa, tetap berdoa lah kau ya bapa” menggunakan
bahasa simalungun. Setelah itu dia pun pergi ke ladang, untuk membantui Bapak
nya yang sedang mengumpulkan kayu.Lalu dia menanyakan kabar mengenai Bapak nya,
dan saudara-saudara nya di kampung.Bapak nya selalu berusaha menghindar seperti
menyibukkan diri, dikarenakan takut anaknya membahas tentang lanjut sekolah
lagi.Padahal nyatanya, anaknya sedang melanjutkan jenjang sarjana strata satu
nya.
Keesokan hari nya dia bersiap-siap
untuk pergi ke kota lagi untuk melanjut sekolah, lagi dan lagi, dia selalu
mendatangi Ibu nya untuk bercerita mengenai masalahnya disana. Lalu ibu nya
memberi uang sebesar 1.500 rupiah sebagai uang pegangannya.Uang itu merupakan
hasi Ibunya menjual tanaman mereka, hasil berladangnya. Setelah itu dia kembali
lagi ke kota dan melanjutkan study nya dengan uang pas-pasan itu. Namun dia
tidak sekalipun pernah jenuh akan semangat belajar nya meraih mimpi-mimpi nya
itu.
Tiga tahun berlalu, diapun masih
sibuk menjalankan study nya.Sampai-sampai Ibu nya bingung dan berfikir, kenapa
anak ku, belum tamat-tamat, katanya cuma dua tahun saja nya menyelesaikannya.
Seiring waktu dia menyelesaikan study nya, Ibu nya pun tetap berladang di
kampung, sambil menunggu kabar dari anak nya yang sedang bersekolah di kota.
Tiap hari Ibu nya gundah akan keberadaan anak nya, bagaimana kabar nya.
seiringan waktu itu juga, dia mengumpulkan uang untuk simpanan, semisalkan anak
nya tiba-tiba pulang dari kota dia ada uang untuk pegangan buat anaknya.
Sudah hampir empat tahundia pun
tidak pulang kerumah. Tiba-tiba sepucuk surat hadir dikediaman rumah nya, yang
berisikan “nang, aku sudah siap kuliah strata satu, maaf kan anakmu yang sudah
berbohong padamu, kubilang setahun nya aku sekolah padahal empat tahun, datang inang
besok ke wisuda ku ya, ke alamat yang kubuat disini. Dari anakmu Piter
Purba”.Keesokan hari nya, acara wisuda pun berlangsung, ibu nya datang dari
kampung bersama dengan Bapak nya,dengan membawa makanan kesukaan
anaknya.Setelah orangtua nya sampai di acara wisuda itu, bertemu lah dia dengan
kedua orangtua nya. Lalu ibu nya menangis, sambil memeluk anak nya, sambil
berkata “sekolah nya kau bapa” dan dia beserta Bapak nya pun ikut menangis.
Setelah selesai acara wisuda
tersebut, mereka pun pulang bersama-sama ke kampung, dan membuat acara disana.
Semua tetangga nya ikut merasakan kebahagian, juga teman bermainnya, pun turut
bahagia, dikarenakan, dialah orang pertama yang bisa sarjana di kampung itu.
Setelah beberapa minggu kemudian, dia pun pergi ke perantauan lagi. Kembali ke
kota tempat dia mengambil gelar tersebut. Sesampai disana, dia mencari
pekerjaan yang sesuai dengan bidang nya itu. Kemudian dia mendapatkan kenalan dariteman
nya dan mengajak nya bergabung di sebuah kantoradvokasi. Maka berangkat dari
situlah dia menjadi seorang assisten pengacara, lalu menjadi seorang pengacara.
Suatu ketika terjadi demo
besar-besaran oleh para kaum Buruh beberapa pabrik di kota itu, dikarenakan
upah yang sangat tidak setimpal dengan lembur ataupun kerja yang dilakukan
mereka. Lalu dia beserta kawan-kawan yang se team di bidang advokasi tersebut,
turun dan membantu para buruh untuk mendemonstrasikan hak Buruh untuk
mendapatkan upah yang setimpal.Namun malah perkara yang didapatkan mereka yang
mana dia beserta kawan-kawanannya, ditangkap oleh aparat kepolisian dan
dimasukkan ke dalam buih dengan tuduhan “provokator demonstrasi”. Sepucuk surat
pun sampai ke kampung, dan Inang nya pun bersedih, Bapak nya juga sudah stress
dan mereka menjadi buah bibir di kampung itu. “ baru wisuda, sudah masuk
penjara, kasihan Inang nya, padahal anak kesayangan Inang nya dia itu, semuanya
dilakukan untuk anak kesayangan nya itu, sampai lulus wisuda…” kepingan kata
yang di lontarkan tetangga mereka.
Setelah itu, datang lah Ibu nya menjumpai
dia yang sedang dikurung didalam penjara. Ibu nya menangis dan berkata “ kenapa
kau disini bapa?”. Lalu dia berkata “ baik-baik nya aku disini nang” sambil
meneteskan air mata. “udah makan kau bapa?” sambung Ibu nya, sambil memberi
bontot makanan. Lalu diapun makan sambil menahan isa tangis dari dalam jiwa
nya.Setelah itu, Ibu nya pun pulang ke kampung, dengan raut wajah sedih,
dikarenakan anak tersayang nya masuk penjara. Lalu dia pun mengirim surat
kepada kekasih nya, yang kebetulan mereka sudah lumayan lama menjalin asmara.
Kekasih nya pun terkejut, dikarenakan masuk nya dia ke dalam geragah besi.
Sambil membawa makanan, kekasih nya
datang dan menjumpai nya.dia pun bercerita panjang mengenai keadaan ini dimana
dia dituduh sebagai provokator. Lalu kekasih nya memberikan dia kekuatan,
dengan menyuruhnya banyak-banyak berdoa. Kemudian dia menyuruh kekasihnya untuk
besok membawa kan alkitab ke tahanan itu, dikarenakan tidak boleh pengunjung
datang tiap hari. Dan keesoka hari nya pun kekasih nya datang dengan membawa
alkitab, buku, pulpen, sebagai pegangan nya di sel.
Selama di penjara dia menghabiskan
waktu nya dengan membaca alkitab, menulis syair-syair lagu kerindu an nya
kepada kekasih nya, dan berdoa tiap hari nya untuk keluarga yang ditinggalkannya
di kampung. Sungguh kuasa Tuhan, pada akhirnya dia bisa keluar dari penjara,
dia hanya ditahan selama 7 bulan, sedangkan kawan-kawan nya ada yang ditahan 5
bulan, 9 bulan, dan juga 1tahun 2 bulan. Setelah proses nya selesai, dia pun
kembali menghirup udara lepas diluar, dengan dijemput oleh kekasih hati nya.
lalu dia pun menulis surat lagi kepada ibu nya bahwa dia sudah keluar dari
penjara.
Beberapa waktu kemudian hampir
setahun lebih, dia pun memutuskan untuk menikah dengan kekasih nya tercinta
itu. Setelah itu mereka pun memulai hidup baru di kota tersebut, dengan
mengontrak sebuah rumah. Tiba-tiba dua orang berbadan kan tegap, datang
mengetuk pintu rumah. Dia dan isteri nya pun takut, trauma dengan kejadian
penangkapan ke sel tahanan itu.Lalu dia berlari lewat belakang rumah, berusaha
mengamankan diri, sedangka isteri nya membuka pintu.Ternyata mereka berdua
bukan merupakan utusan dari aparat kepolisian, melainkan utusan dari partai
politik yang terkenal dengan lambang benteng nya. Mereka berdua datang kerumah
nya untuk mengajak dia bergabung di kantor cabang partai politik tersebut dan
menyaranka agar besok datang ke kantor.
Setelah mendengar informasi itu dia
pun kembali kerumah dan esoknya menemui kantor tersebut. Sesampai di kantor
diapun menjadi anggota cabang partai politik. Berangkat dari jabatan itu, dia
pun naik dan naik jabatan mulai dari anggota cabang partai politik, ketua
partai politik tersebut, hingga menjadi seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ), lalu
merangkap menjadi kepala bagian Perusahaan Air Minum Daerah (PAM ), lalu
membangun sebuah studio musik aliran khas simalungun sebagai produser, dan
sebagainya.
Lalu dia pun menyuruh ajudan nya
untuk menjemput Ibu nya secara special dengan menaiki mobil hitam mewah kerumah
nya. Sedangkan Ayah dan saudara-saudara nya yang lain dijemput dengan mobil
biasa untuk menghadiri syukuran keluarga di rumah mereka. Seiringan waktu dia
pun mendonasikan uang pembangunan kepada beberapa gereja sebagai ucapan syukur
atas berkat Tuhan pada nya.setelah acara keluarga tersebut, selang beberapa
waktu kemudian, dia dengan isteri tercinta nya beserta ke tiga anak nya pergi
foto studio. Maka sehabis itu, mereka menempelkan foto keluarga mereka, di
dinding rumah mereka, beserta deretan prestasi piagam awards noebls untuk
tingkat ASEAN.
Demikianlah
kisah seorang anak yang berangkat bukan dari kepintaran semata, namun
dikarenakan ketulusan, semangat, gigih, berani, dan yang paling utama ialah penuh pengharapan
kepada Tuhan.
SELESAI
Tidak ada komentar: